

Adapun dari segi bentuk, Kasidah Burdah termasuk puisi tradisional yang terikat dengan aturan rima (wazan) dan qâfiyah.ĭilihat dari sudut latar dan komunitas penyambut, Kasidah Burdah dapat dianggap sebagai karya sastra keagamaan yang mendapat sambutan masyarakat luas dari berbagai negara di dunia. Kasidah Burdah ditinjau dari sisi ekspresif termasuk genre puisi perasaan, yaitu ungkapan perasaan penyairnya (al-Bûshîry) yang dicurahkan kepada Nabi, sedangkan ditinjau dari sisi objektif termasuk puisi cerita, yaitu teks yang bercerita tentang pujian penyair kepada Nabi Muhammad saw. Kemunculan Kasidah Burdah pada masa kemunduran ini dipandang sebagai cahaya yang menyinari umat manusia yang hidup di tengah kegelapan. Kemunculan Kasidah Burdah pada masa Dinasti Mamlûk dipandang memiliki sejarah yang unik karena budaya dan sastra Arab pada masa itu, setelah mengalami kemajuan besar pada masa sebelumnya, kemudian pada separoh kekuasaan Dinasti Mamlûk mengalami kemundururan secara kualitatif.

Kasidah Burdah adalah karya sastra Arab masa lampau yang mendapat sambutan besar dari masyarakat sastra di dunia dari abad ke abad. Al-Bûshîry menyusun kasidahnya tersebut dimaksudkan agar umat Islam mencontoh kehidupan Nabi dalam mengendalikan hawa nafsu dan kembali kepada ajaran Alquran dan Hadis.

Pada masa yang suram inilah kemudian muncul Kasidah Burdah sebagai reaksi terhadap situasi politik, sosial, dan budaya yang terjadi pada masa itu. Masa ini adalah masa pergolakan politik yang terus-menerus terjadi, kemorosotan akhlak melanda hampir seluruh negeri, para pejabat pemerintahan mengejar kedudukan dan kemewahan. Al-Bûshîry hidup pada masa transisi perpindahan kekuasaan dari Dinasti Ayyubiyah ke Dinasti Mamlûk Bachry. Kasidah Burdah adalah karya sastra Arab populer yang dicipta oleh al- Bûshîry di Mesir pada abad ke-13 Masehi.
